LPM Fenomena-Peringatan dua tahun tragedi Kanjuruhan dan diskusi publik di depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Acara berlangsung dengan tertib dan penuh khidmat. Acara diinisiasi oleh JSKK (Jaringan Solidaritas Keadilan Korban Kanjuruhan) dan dihadiri beberapa elemen masyarakat, diantaranya supporter, mahasiswa, keluarga korban, dan aksi kamisan. Sabtu (05/10/24).
Acara diawali dengan konvoi penyambutan Pak Midun dari Stadion Gajayana menuju Stadion Kanjuruhan melalui jalur Kendal Payak.
Pak Midun, salah satu tokoh yang mengawal kasus Tragedi Kanjuruhan, dalam dialognya menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan adalah masalah serius yang bukan hanya untuk dikenang.
“Masalah Kanjuruhan ini adalah masalah serius yang ditangani dengan sepele. Masalah ini hanya menguap begitu saja dan TKP sudah tidak bisa dikatakan TKP. Begitu pula dengan gate 13 yang dibongkar. Dua tahun ini bukan hanya dikenang, jika hanya dikenang kita terlalu pasrah. Saya bukanlah orang yang paling peduli terhadap kasus ini. Saya hanya ingin merasa ini bagian dari kecintaan saya terhadap Arema dan prihatin terhadap kejadian ini” ujar Pak Midun.
Bagi Pak Midun, banyak pengalaman, cerita, dan semangat luar biasa yang didapati selama perjalanan mengawal kasus ini. Pak Midun sendiri mengaku bahwa persiapan acara tahun ini kurang maksimal dan belum sempat sowan ke keluarga korban. Menurutnya, hal tersebut bisa mengurangi esensi niat baik dari perjalanan Pak Midun itu sendiri.
Peringatan Tragedi Kanjuruan Tahun kedua ini mengangkat tajuk “Berkendara Mencari Kesaktian Pancasila.” Pak Midun menuturkan bahwa tajuk ini hanya menambahi tema yang sebelumnya yakni, Justice For Kanjuruhan. Beliau melihat pada saat kejadian Tragedi tersebut bertepatan dengan hari kesaktian Pancasila, dimana tragedi tersebut bertolak belakang dengan nila-nilai Pancasila. Hari kesaktian Pancasila yang seharusnya bisa menjadi refleksi perjuangan pahlawan dalam menegakkan hak asasi manusia, justru ternodai dengan berjatuhannya ratusan korban pelanggaran HAM.
Upaya menegakkan keadilan tidak lepas dari intimidasi berbagai pihak terutama penegak hukum. Tetapi respons beberapa pihak dianggap tidak serius dalam upaya penyelesaian kasus ini, termasuk pihak PSSI sendiri. Menurut kesaksian Pak Hasan, salah satu keluarga korban, tidak ada lagi respons dari Erick Thohir yang merupakan ketua umum PSSI yang sebelumnya sempat berjanji akan mengusut tuntas persoalan ini. Begitu pula dengan respons mantan Menko Polhukan, Mahfud MD, yang sampai saat ini tidak ada kelanjutan.
“Kasus ini diharapkan segera diusut tuntas dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak melupakan tragedi kanjuruhan. Walaupun kasus ini rumit tetap harus menuntut keadilan meskipun banyak ancaman dan intimidasi dari penegak hukum. Semoga semangat rekan-rekan mahasiswa terus menyuarakan pelanggaran HAM berat dan berharap keadilan ditegakkan sesuai dengan hukum yang ada di Indonesia.” Ujar Pak Hasan.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk para korban tragedi kanjuruhan.