"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Kabar Sendi Kehidupan ditengah pandemi Covid-19

Oleh: Fahimatus Zahro
Sumber Foto: https://katadata.co.id/

Karantina diri yang saat ini diberlakukan pemerintah Indonesia kepada seluruh masyarakat sudah berjalan kurang lebih 2 bulan lamanya. Perpanjangan masa karantina yang dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini banyak mendapat respon dari masyarakat sendiri, ada yang bersedia melakukan karantina diri sesuai imbauan yang diberikan pemerintah, tetapi juga masih ada masyarakat yang tidak memperdulikan imbauan yang dibuat pemerintah. Dengan diberlakukan masa karantina yang diperpanjang dan pemerintah telah resmi membuat peraturan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo meminta penerapan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB), yang dilakukan untuk mengatasi penyebaran Covid-19 (https://nasional.kompas.com/read/2020/05/04/10251851/jokowi-minta-penerapan-psbb-tak-berlebihan) PSBB yang diterapkan pemerintah selain untuk memutus rantai penyebaran covid-19 juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak lalai dalam memerangi penyebaran virus covid-19 ini. Penerapan yang dilakukan pemerintah berdamapak dalam kehidupan masyarakat yang mulai dihantui rasa cemas dan resah karena sendi kehidupan dan perekonomian mulai tidak stabil jika masa karantina akan diperpanjang lagi. Dimana masyarakat indonesia saat melakukan karantina diri harus melakukan segala kegiatan #dirumahsaja, mulai dari pendidikan dan pekerjaan dilakukan dari rumah saja.

Hal tersebut mungkin juga memberikan dampak efektif untuk beberapa kalangan karena segala pekerjaan dan belajar bisa dilakukan via online #dirumahsaja, tetapi hal ini juga memberikan dampak yang tidak efektif untuk beberapa kalangan masyarakat, Karena ada masyarakat yang bekerja harian bahkan harus terjun langsung ke lapangan  dan hal tersebut tidak bisa dilakukan #dirumahsaja. Dimana terdapat masyarakat yang harus terjun langsung untuk bekerja ke lapangan karena memiliki tanggung jawab terhadap keluaragnya. Tidak jarang saat diberlakukan PSBB ini masih ada beberapa masyarakat yang tidak tertib sesuai protokol pemerintah dan harus bekerja untuk mendapatkan nafkah supaya bisa menghidupi dan mampu memberi makan kepada keluarganya. Selain itu juga ada celetukan warga yang mengatakan  jika kita tidak mati karena corona mungkin bisa mati karena tidak ada sumber pendapat untuk makan. Maka untuk itu pemerintah diharap lebih memperhatikan masyarakat yang mengalami kesulitan saat diberlakukan PSBB.

Di sisi lain, sebagai dampak banyaknya waktu luang di rumah, kebanyakan orang lebih ramai di media sosial, baik itu WhatsApp, Facebook, Twitter, maupun Instagram. Ironinya, media-media itu tanpa disadari justru tidak memberikan penguatan aspek literasi kepada masyarakat tetapi menjadi ajang penyebaran berita hoax, catatan palsu, dan kesadaran semu. Pengalaman saya, grup-grup WhatsApp yang jumlahnya ratusan lebih banyak menghilangkan kesadaran dan akal sehat seseorang, dan miskin dari kepedulian nyata. Kebanyakan orang menganggap bahwa kewajiban mereka sudah selesai hanya dengan kerja jari: copy, paste, and share.

Media sosial yang telah berkembang tentu harus bisa dimanfaatkan dengan baik dan bijak. Tidak untuk menyebar berita-berita palsu terkait virus yang sedang meyebar saat ini karena hal itu akan menimbulkan kecemasan kepada masyarakat. Banyak stigma negatif yang timbul akibat masyarakt mendapat informasi terkait virus korona melalui media sosial yang belum pasti kebenarannya. Kebanyakan orang hanya membaca sepintas berita yang ada tanpa perlu menyaring terlebih dahulu kebenarannya. Dengan adanya wabah Virus Corona, semoga ini menjadi jalan untuk orang-orang agar lebih peduli dengan lingkungan. Kemudian seluruh lapisan masyarakat berharap bahwa semua orang bisa menaati aturan di rumah saja, masa libur yang diperpanjang, serta anti Virus Corona dapat ditemukan.

Tulisan Lain di

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Wakil Presiden Indonesia Lebih dari Sekadar Cadangan

Nama-Nama Kontroversial di Balik Sertifikasi Halal, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Menyuarakan Isu Ekologi dalam Bingkai Sastra

Apakah Kata Sukses Hanya Milik Mereka yang Beruang?

Mahasiswa “Organisasi Hopper”: Antara ekspetasi dan realita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat