"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Apakah Kata Sukses Hanya Milik Mereka yang Beruang?

Oleh: Firmansyah
Ilustrasi: BorobudurNews

LPM Fenomena – Banyak masyarakat yang salah kaprah dalam mengartikan arti kata sukses yang sebenarnya. Mereka menganggap bahwa sukses hanya milik orang yang sudah mapan secara finansial, terutama mereka yang telah memiliki rumah bertingkat, aksesori mewah, dan kendaraan mahal. Kadang-kadang, mahasiswa menjadi sasaran ekspektasi ini, di mana mereka dituntut untuk serba bisa dan bahkan harus lebih mapan daripada lulusan SMP atau SMA.

Sebenarnya, sukses tidak selalu diukur dari seberapa besar kekayaan yang dimiliki seseorang. Sukses sejati bisa saja terletak pada pencapaian yang lebih dalam dan personal. Misalnya, bagaimana seseorang dapat mencapai kebahagiaan batin, membangun hubungan yang bermakna, atau memberikan dampak positif di komunitas atau organisasinya. Kami, mahasiswa, dengan segala perjuangan, mungkin saat ini belum memiliki kekayaan materi, tetapi kami sedang membangun fondasi untuk masa depan yang penuh potensi. Kami mengejar pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup yang lebih kompleks.

Untuk mengurangi keresahan yang sering dirasakan mahasiswa, masyarakat perlu memperluas definisi sukses. Mari kita hargai pencapaian yang tidak selalu terlihat secara kasatmata, seperti ketahanan mental, kreativitas, dan semangat untuk terus belajar. Dengan merayakan keberagaman pencapaian dan menghargai perjalanan setiap individu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, di mana sukses tidak hanya diukur dari aspek materi, tetapi juga dari kualitas hidup dan kontribusi positif yang diberikan seseorang.

Memang, sering kali mahasiswa merasa tertekan karena selalu dituntut tampil sempurna, baik dalam akademik maupun kehidupan sosial mereka. Harapan ini bisa datang dari berbagai sumber: standar akademik yang tinggi, ekspektasi dari keluarga, atau bahkan norma sosial yang mengidealkan sukses tanpa cela.

Tekanan untuk mencapai kesempurnaan ini bisa sangat melelahkan dan merugikan kesehatan mental mahasiswa. Mereka sering merasa harus memenuhi standar yang hampir tidak mungkin dicapai, yang dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan perasaan gagal jika tidak memenuhi harapan tersebut. Sementara itu, proses belajar dan pertumbuhan pribadi tidak selalu berjalan mulus; tantangan dan kegagalan adalah bagian alami dari perjalanan pendidikan dan perkembangan diri.

Oleh karena itu, penting untuk mengubah perspektif tentang arti sukses dan kesempurnaan. Alih-alih fokus pada pencapaian yang sempurna, lebih baik mendorong mahasiswa untuk melihat kesalahan dan kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Mendukung mereka dalam membangun ketahanan mental, memberikan ruang untuk bereksperimen, dan menghargai usaha serta kemajuan pribadi adalah langkah-langkah yang lebih realistis dan mendukung.

Kesempurnaan bukanlah tujuan yang harus dicapai, melainkan perjalanan yang memerlukan pembelajaran dan penyesuaian. Dengan memberikan dukungan yang lebih humanis dan realistis, masyarakat seharusnya dapat membantu mahasiswa merasa lebih dihargai dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Firmansyah

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Islam Malang.

Tulisan Lain di

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Wakil Presiden Indonesia Lebih dari Sekadar Cadangan

Nama-Nama Kontroversial di Balik Sertifikasi Halal, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Menyuarakan Isu Ekologi dalam Bingkai Sastra

Mahasiswa “Organisasi Hopper”: Antara ekspetasi dan realita

Peristiwa G 30 S PKI, Tidak Menjadi Refleksi Bagi Oligarki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat