"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Oleh: Nor Syafiqoh
Foto by KENDARIPOS

LPM Fenomena – Judi online memang menjadi masalah yang belum secara tuntas diselesaikan di negeri ini. Begitu banyak situs dan aplikasi judi online yang dengan mudah diakses. Selama ada kuota internet dan uang untuk top-up, orang akan dengan mudah bermain di mana pun dan kapan pun. Tidak memandang apakah orang tersebut kaya atau miskin.

Hampir semua kalangan bisa terlibat dalam judol, termasuk mahasiswa. Bagi mereka yang kurang tahu, judol dianggap sebagai suatu peruntungan untuk mencari uang dalam jumlah fantastis. Padahal kenyataannya yang terjadi malah rugi berkali-kali. Fenomena judol di kalangan mahasiswa menjadi suatu keresahan. Efek yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, mulai dari putus kuliah, terlilit utang, hingga berkonsultasi ke psikolog.

Awalnya Terpaksa karena Ajakan Teman hingga Keterusan

Mahasiswa Malang berinisial “B” asal Bojonegoro yang saat ini masih semester 5 mengaku awal mula bermain judol saat semester 1, karena ajakan teman satu tongkrongan. Meskipun awalnya terpaksa dan coba-coba, pada akhirnya ia terjerat dalam lingkaran setan bernama judol. B mengatakan bahwa ia bisa bermain judol tiga kali dalam seminggu jika kalah. Jika menang, ia bisa melakukannya setiap hari. Tentu saja uangnya berputar dari judol itu sendiri.

Sekali top-up atau depo (istilahnya), ia bisa menghabiskan uang lima puluh hingga seratus ribu rupiah sekali main. Selama bermain di situs judi online, B lebih sering kalah daripada menang. Bahkan, ia pernah berada di fase sampai berutang untuk bermain judol. Gali lubang tutup lubang, utang untuk bermain judol dilunasi dari judol.

Syukur, akhirnya ia tersadar bahwa siklus judol yang seperti itu membuatnya berhenti dan kapok. Ia memulainya dengan menjauhi teman satu tongkrongan yang dulu sering bermain judol bersama. B mengaku bahwa ia memang sering bermain judol ketika bersama teman-temannya. Selain itu, hal yang membuatnya berhenti adalah karena tidak ada wanita yang mau dengan seorang pria pemain judi. B pun berpesan, “Berhentilah bermain judi. Mungkin baik di awal, tapi akhirnya semua terjual.”

Pentingnya Pemahaman bahwa Judol Bukan Mencari Keuntungan, yang Ada Malah Buntung

Efek dopamin yang ditimbulkan dari judi online memang membuat seseorang terus ingin bermain. Apalagi setiap pemain mengalami hot hand fallacy, di mana merasa akan mendapat peluang besar meskipun berkali-kali kalah. Memang yang haram selalu menggoda, tapi tetap saja hal tersebut bisa merugikan diri sendiri atau orang lain. Permainan haram tersebut jelas ada yang mengatur, yaitu bandar. Maka, jangan pernah berharap sukses atau mendapatkan pendapatan tetap dari judol.

Editor: Muhammad Dzunnurain

Nor Syafiqoh

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNISMA.

Tulisan Lain di &

Elitis, Eksklusif, dan Degeneratif: Penyakit Kronis Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Kehebohan Amplop Kiai vs. Kelebihan Transfer Rp54 Juta: Dosa Mana yang Lebih Gurih buat Rating TV?

XPose Uncensored, Tayangan yang Menelanjangi Kebodohan Media Komersial

Trailer Film yang Katanya Nasionalis, tapi Bahasanya Campur Aduk

Dari Kampus ke Codrodipo: Mahasiswa Unisma Menyusuri Langit Al-Khawarizmi

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Mendung di Langit Malaysia

Potret “Gelap Terang” Indonesia di UB: Peringatan Darurat SDM Bertemu Ancaman Regresi Demokrasi dan Pacu Teknologi AI

Hari Santri 2025 di Unisma: Santri sebagai Pengawal Moral Bangsa dan Pembangun Peradaban Dunia

Elitis, Eksklusif, dan Degeneratif: Penyakit Kronis Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Populer

Mendung di Langit Malaysia

Potret “Gelap Terang” Indonesia di UB: Peringatan Darurat SDM Bertemu Ancaman Regresi Demokrasi dan Pacu Teknologi AI

Hari Santri 2025 di Unisma: Santri sebagai Pengawal Moral Bangsa dan Pembangun Peradaban Dunia

Elitis, Eksklusif, dan Degeneratif: Penyakit Kronis Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Malang