"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Waspada FOMO Saat Berselancar di Media Sosial

Oleh: Izza Rahmatika Mukti
Sumber foto: https://www.dreamstime.com/

Hampir dua bulan, terhitung dari tanggal 17 Maret, tagar #stayathome mau tidak mau memaksa mahasiswa untuk melaksanakan anjuran protokol physical-distancing atau pembatasan fisik dan mengikuti perkuliahan daring. Untuk sementara, menongkrong sambil melirik tugas ditiadakan. Beragam rencana program kerja oleh organisasi mahasiswa ditunda. Mengunjungi mall untuk sekedar window-shopping dilarang. Bahkan sambat berjamaah soal tugas yang diberikan dosen terpaksa hanya bisa dilakukan melalui WhattsApp, Instagram, Line, dll. Berselancar di dunia maya menjadi hiburan paling memungkinkan yang bisa dilakukan. Menonton video, mendengarkan podcast, memperbaharui status, mencoba filter Instagram dan mengecek tagar tranding twitter, adalah sederet kegiatan untuk melemaskan otot indera setelah berkutat dengan tugas kuliah.

Menghabiskan waktu berjam-jam untuk scroll up and scroll down di media sosial -instagram contohnya- ternyata bisa memberikan efek yang tidak baik bagi psikologis. FOMO namanya. Adalah akronim dari Fear of Missing Out yang artinya takut dan cemas tertinggal akan sesuatu. Saat libur akhir pekan, pukul 09.00 anda baru saja beranjak dari tempat tidur. Bergegas menuju dapur, mengambil segelas cangkir, dan menyobek kopi saset. Awalnya, hari yang ditunggu-tunggu tiap minggu itu akan diisi dengan seduhan secangkir kopi panas dan menonton film favorit. Nyatanya, baru saja anda menghidupkan smartphone, teman sekelas anda di kampus mengirim sebuah foto. Menggambarkan bahwa ia tengah camping di pinggir pantai bersama teman-teman lainnya. Damn! Hilang sudah mood di pagi yang cerah itu.

Bayangan foto mengasikkan yang tengah dialami teman anda tadi mengusik pikiran anda. Ada rasa iri, dengki, cemas, takut, dan gelisah lantaran anda tidak merasakan hal yang sama kala itu. Ketika ia menikmati deburan ombak di pinggir pantai, anda hanya menghabiskan waktu sendiri di indekos. FOMO bisa saja hadir ketika anda mengetahui ada orang lain yang telah menonton film booming, jalan-jalan ke luar negeri, berkumpul dan bersenang-senang bersama keluarga, berkesempatan menghadiri konser Jason Mraz, mengunjungi Art Jakarta, dan bentuk kebahagiaan lainnya yang dirasakan orang lain.

Bagaimana kaitannya FOMO dengan media sosial?

Kecenderungan pengguna Instagram, Facebook, dan WhatsApp untuk mem-posting “hal-hal yang baik” dalam hidupnya meningkatkan dan mempermudah terjadinya FOMO. Umumnya, pengguna akan mempublikasikan makanan yang disantapnya jika ia tengah makan di restoran dan memesan makanan high class. Dari sekian banyak foto di album, pengguna akan menyeleksi dan memilah foto mana yang paling apik untuk dilihat oleh orang lain. Selain disebabkan oleh postingan kekinian, Fear of Missing Out berangkat dari rasa iri lantaran teman anda mem-posting foto liburan dan menghadiri pesta tanpa melibatkan anda. “Mengapa ia tidak mengajakku menghadiri konser ini?”. “Yahhh karena dikejar deadline, aku harus ketinggalan moment bahagia bersama teman-teman ku yang kini berlibur ke Bali”.

Apa saja efek negatif dari FOMO?

(1) Kegelisahan yang berlebihan dapat mengaggu fokus anda saat beraktivitas. (2) Dapat merusak hubungan baik dengan teman. Anda bisa saja menyalahkan teman yang tidak mengajak anda saat ia liburan. (3) Merasa rendah diri. Perasaan ini bisa hadir lantaran menganggap kehadiran anda dalam circle pertemanan tidak dianggap. (4) Mudah frustasi. Terakhir. (5) Mengesampingkan dunia nyata. Rasa takut kehilangan dan ketertinggalan tentang apa yang terjadi di dunia maya menyeret “pengidap” FOMO untuk menghabiskan banyak waktu di media sosial.

            Kabar baiknya, JOMO, Joy of Missing Out hadir sebagai lawan dari FOMO. Merasa baik-baik saja dan bahagia meski melihat teman anda tengah bersenang-senang di tempat lain tanpa melibatkan anda akan membuat hidup anda menjadi lebih tenang. Let it flow. Fokus terhadap impian dan hobi, serta cuek terhadap kehidupan orang lain adalah cara jitu agar hadirnya media sosial tidak memberi efek negatif dalam kehidupan anda. Maka pengetahuan soal FOMO ini dianggap perlu agar anda sebagai pengguna media sosial tidak larut dalam kegelisahan. Justru media sosial dijadikan sebagai platform yang menguntungkan bagi hidup anda. Media sosial hanyalah alat. Jangan sampai hidup anda diperalat oleh alat.

Protokol physical-distancing untuk memutus penularan covid-19 nyatanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memiliki banyak waktu luang di rumah masing-masing. Sebagaimana ucapan time is money yang menerangkan betapa berharganya waktu, menghabiskan banyak waktu untuk mengecek akun media sosial anda (tanpa tujuan yang jelas) hanya membuang-buang kesempatan berharga. Padahal anda bisa menghabiskan waktu tersebut dengan membaca buku kesukaan, mengasah skill editing, menuangkan ide dalam bentuk tulisan, pun membantu orang tua di rumah, dan melakukan aktifitas produktif (versi anda sendiri) akan menjadikan waktu menjadi lebih berharga dan bermanfaat. Kehadiran pandemi ini seyogyanya memberikan pelajaran tentang bagaimana cara kita untuk bijak melewatkan setiap detik waktu yang mengalir.

Tulisan Lain di

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Wakil Presiden Indonesia Lebih dari Sekadar Cadangan

Nama-Nama Kontroversial di Balik Sertifikasi Halal, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Menyuarakan Isu Ekologi dalam Bingkai Sastra

Apakah Kata Sukses Hanya Milik Mereka yang Beruang?

Mahasiswa “Organisasi Hopper”: Antara ekspetasi dan realita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat