"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Bagaimana Mengubah Demotivasi Menjadi Motivasi?

            Halo Sobat Milenial! Di masa penghujung pandemi ini, jangan sampai hari-hari kalian terbiasa menjadi kelam begitu saja. Kita harus tetap memiliki motivasi agar kehidupan menjadi lebih baik. Pada umumnya, para penulis banyak membahas soal “motivator”. Padahal, sebelum terbentuk itu, terdapat “demotivator”. Kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan hingga tidak dapat dipisahkan.

            Demotivator ada yang datang dari dalam diri kita atau justru kitalah yang menciptakannya. Selain itu, ada juga yang datangnya dari orang lain. Misalnya, ketika di rumah kita kedatangan tamu yang tak diundang. Ada juga yang datangnya dari perubahan keadaan, seperti mendapatkan musibah kehilangan orang yang berharga dalam hidup kita. Sementara yang kita ciptakan sendiri, misalnya kita berpikir negatif tentang diri sendiri atau bisa juga tentang keadaan, baik secara sengaja atau tidak.

            Sedangkan yang datang dari orang lain, misalnya hinaan, penolakan, komentar negatif, dan lainnya. Terkadang, banyak orang yang motivasinya anjlok hanya karena mendapatkan hinaan, cercaan, atau sikap yang merendahkan dari orang lain. Di satu sisi, ungkapan tersebut dapat melemahkan motivasi. Umpamanya, Sobat Milenial dikatakan tidak mungkin berhasil pada tahap wawancara untuk melamar pekerjaan.

            Kemudian ada juga yang disebut keadaan. Di mana maksudnya adalah berbagai kenyataan buruk yang terjadi di luar kontrol kita. Kenyataan seperti ini seringkali liar. Adapun bentuk kenyataan yang menjadi demotivator itu banyak. Contohnya, kegagalan, kerugian, atau terjadinya ketidakharmonisan antara apa yang kita mau dengan apa yang terjadi. Tentunya hal ini acap kali terjadi pada kalian, bukan?

            Terlepas dari semua itu, baik demotivator yang datangnya dari manusia atau dari keadaan, itu semua bisa kita ubah menjadi motivator. Prinsipnya, semua yang ada dan yang terjadi di dunia ini sudah mendapatkan izin dari Tuhan. Dan semua yang diizinkan Tuhan itu ada gunanya. Apakah kita akan menggunakan untuk menegatifkan atau mempositifkan diri sendiri.

            Nah, apa saja yang bisa Sobat Milenial lakukan untuk mengubah berbagai macam demotivator itu menjadi motivator? Berikut ini ada beberapa hal yang masih bisa dilakukan menurut AN. Ubaedy seorang Human Learning Specialistdalam bukunya yang berjudul “Motivasi: Untuk Hidup yang Lebih Baik”.

            Pertama, menyadarikita punya pilihan untuk menjadikan demotivator itu sebagai motivator. Kesadaran ini menjadi penting karena akan membuat kita merasa punya pilihan hidup. Kalau meminjam istilahnya covey, kita harus belajar menjadi orang yang proaktif. Artinya, kita tidak menjadi orang yang reaktif. Reaktif maksudnya adalah mengikuti stimulan yang dikirim atau keadaan. Sedangkan proaktif justru akan membuat kita belajar untuk mengontrol diri. Singkatnya begini, kita terpengaruh oleh semua omongan dari orang lain itu disebut reaktif. Tapi kalau kita bisa memilahnya dengan baik, maka kita termasuk proaktif.

            Namun, Sobat Milenial tidak boleh mengabaikan seluruh omongan orang lain. Omongan orang lain itu tetap diperhitungkan. Tetapi, untuk mengambil suatu keputusan, dengarkanlah diri kalian sendiri. Begitu juga dengan stimulan keadaan yang sedang memburuk. Ambil saja contoh kegagalan. Kegagalan memang membuat kita kecewa, jengkel, dan menurunkan kepercayaan diri. Namun, sebenarnya kondisi tersebut akan berubah ketika kita memiliki kesadaran untuk memilih bahwa kegagalan itu pun bisa kita jadikan sebagai upaya untuk melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik (motivator).

            Kedua, ciptakan emosi kedua yang positif untuk mengganti emosi pertama yang negatif. Ini sangat dibutuhkan saat Sobat Milenial menghadapi kenyataan buruk. Mengapa? Ketika seseorang dihantam oleh kenyataan buruk, tentu kita terkena demotivasi berupa kekecewaan, kekesalan, putus asa, dan seterusnya. Sebagai reaksi sesaat, tentu saja manusiawi. Namun, supaya tidak berlangsung terlalu lama, Sobat Milenial perlu menciptakan emosi positif. Misalnya kita berpikir akan mencari solusi atau alternatif lain. Kita menyerap makna positif di balik kenyataan buruk. Kita menyadari bahwa akan menggunakan demotivasi tersebut sebagai dorongan untuk perubahan diri ke arah yang positif.

            Ketiga, gunakan untuk mencapai sasaran yang jelas, target yang lebih baik atu tangga prestasi yang lebih tinggi. Kesadaran diri tidak ada gunanya jika hanya kita gunakan untuk menyadari. Emosi kedua tidak ada gunanya jika hanya kita gunakan untuk menghibur diri. Hikmah yang didapatkan tidak ada gunanya jika hanya kita simpan sebatas sebagai hikmah. Lantas bagaimana? Agar semua itu berguna, gunakanlah untuk mewujudkan sasaran atau target yang lebih baii atau yang lebih tinggi. Lebih jelasnya, jika Sobat Milenial mengalami kesal terhadap kegagalan, jangan hanya berpikir bahwa di balik kegagalan itu pasti ada hikmahnya. Jikmah pasti ada. Yang terpenting di sini adalah bagaimana Sobat Milenial menggunakan hikmah itu untuk merealisasikan kesuksesan yang lebih baik.

            Keempat, belajar dari orang/social learning. Social learning merupakan kemampuan seseorang dalam menyerap pelajaran dari orang lain yang dilihatnya langsung atau tidak langsung. Ada beberapa tips yang ditawarkan oleh AN. Ubaedy (2008), yaitu amati, praktikkan, teorikan, perbaiki dan ajarkan. Berikut penjelasannya.

  • Amati: perhatikan apa yang dilakukan, dengarkan apa yang diucapkan, tanyakan apa yang belum jelas.
  • Praktikkan: terapkan, lakukan, dan tirukan.
  • Teorikan: pahami, konsepkan, dan diskusikan.
  • Perbaiki: ubah yang perlu diubah, perbaiki yang kurang, dan sesuaikan yang belum selesai.
  • Ajarkan: tularkan, jelaskan, dan sederhanakan.

            Kelima, awasi dinamika batin kalian. Maksudnya? Begini Sobat Milenial, pikiran kita itu menjadi positif atau negatif bukan karena tidak tahu, melainkan karena lupa atau ingat. Kita berpikir negatif karena kita lupa bahwa pikiran itu bisa melemahkan motivasi. Kita berpikir positif karena kita ingat bahwa pikiran itu bermanfaat bagi kita. Inilah yang dimaksud kita perlu memonitor dinamika pikiran.

            Cara cepat menghentikan pikiran negatif di bawah ini tentu masih bersumber dari kedahsyatan pikiran positif AN. Ubaedy.

  • Berilah tanda di dalam batin, mana yang merupakan pikiran negatif dan mana yang merupakan pikiran positif/labelling.
  • Gantilah pikiran yang negatif menjadi pikiran yang positif atau hentikan saja.
  • Ciptakanlah pikiran baru yang positif berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, tujuan positif, atau nilai-nilai (suara Tuhan).

            Sebagai penutup, untuk mengubah demotivator menjadi motivator dibutuhkan banyak kekuatan dari dalam diri seseorang. Jika seseorang itu mudah terpengaruh oleh orang lain, maka bisa jadi membutuhkan waktu relatif lama untuk mengembalikan motivasinya. Dan hasilnya, kehidupan yang lebih baik tidak akan pernah dirasakan. Jadi, kapan nih Sobat Milenial akan mengubah demotivator menjadi motivator? Semoga setelah membaca tulisan ini, kita termasuk dalam kategori sebagai motivator, ya!

Sumber Referensi

Ubaedy, AN. (2008). Motivasi: untuk Hidup yang Lebih Baik. Jakarta: Bee Media         Indonesia.

penulis

Dini Fitriningtyas

Editor:

Nirmala

Berita Terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA (PTM) DI SEKOLAH BEGINILAH TANGGAPAN MAHASISWA PPL, EFEKTIF ATAU MEMBINGUNGKAN?

Menakar DPM, Membaca Sastra

Demo: itaque earum rerum hic tenetur a

Demo: nisi ut aliquid ex ea commodi consequatur? Quis

Demo: non numquam eius modi tempora incidunt ut

Demo: architecto beatae vitae dicta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Produk Fenomena

Majalah LPM Fenomena Edisi 30

Lensa

Terbaru

Mahasiswa FKIP Unisma Berikan Kontribusi Nyata Lewat PBLI-KSM di MAN Kota Batu

Dari Kampus ke Codrodipo: Mahasiswa Unisma Menyusuri Langit Al-Khawarizmi

FKIP Unisma Siap Lepas Mahasiswa Praktik Mengajar ke Sekolah

Populer

Mahasiswa FKIP Unisma Berikan Kontribusi Nyata Lewat PBLI-KSM di MAN Kota Batu

Dari Kampus ke Codrodipo: Mahasiswa Unisma Menyusuri Langit Al-Khawarizmi

FKIP Unisma Siap Lepas Mahasiswa Praktik Mengajar ke Sekolah

Terbaru

Mahasiswa FKIP Unisma Berikan Kontribusi Nyata Lewat PBLI-KSM di MAN Kota Batu

Dari Kampus ke Codrodipo: Mahasiswa Unisma Menyusuri Langit Al-Khawarizmi

FKIP Unisma Siap Lepas Mahasiswa Praktik Mengajar ke Sekolah

FKIP Unisma Resmi Buka Pembekalan PBLI-KSM 2025, Siapkan 163 Mahasiswa Terjun ke Sekolah

Populer

Mahasiswa FKIP Unisma Berikan Kontribusi Nyata Lewat PBLI-KSM di MAN Kota Batu

Dari Kampus ke Codrodipo: Mahasiswa Unisma Menyusuri Langit Al-Khawarizmi

FKIP Unisma Siap Lepas Mahasiswa Praktik Mengajar ke Sekolah

FKIP Unisma Resmi Buka Pembekalan PBLI-KSM 2025, Siapkan 163 Mahasiswa Terjun ke Sekolah

Produk Fenomena

Majalah LPM Fenomena Edisi 30

Lensa