"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Mahasiswa “Organisasi Hopper”: Antara ekspetasi dan realita

Oleh: Zahrotunnisa Salsabila A.M
Picture by HRPoods

Perilaku mahasiswa yang sering berpindah-pindah organisasi, atau yang kerap kita sebut sebagai “organisasi hopper”, menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibahas. Di satu sisi, semangat untuk terlibat dalam berbagai kegiatan positif patut diapresiasi. Tetapi di sisi lain, kurangnya konsistensi dalam satu organisasi dapat menimbulkan sejumlah permasalahan, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi organisasi yang diikuti.

Keinginan untuk mengeksplorasi berbagai bidang minat dan mengembangkan jaringan yang luas menjadi salah satu alasan utama mengapa mahasiswa cenderung berpindah-pindah organisasi. Mereka ingin mencoba pengalaman baru, belajar keterampilan yang berbeda, dan memperluas wawasan. Adanya tekanan sosial untuk terlihat aktif dan memiliki banyak pengalaman organisasi juga menjadi faktor pendorong.

Di balik alasan-alasan tersebut terdapat sejumlah dampak negatif yang perlu diperhatikan. Pertama, kurangnya konsistensi dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Setiap organisasi memiliki program kerja dan target yang ingin dicapai. Ketika anggota sering berpindah-pindah, kontinuitas program kerja menjadi terganggu dan sulit untuk mencapai hasil yang optimal.

Kedua, hal semacam ini juga dapat merusak kepercayaan antar anggota organisasi. Ketika seseorang tidak memenuhi komitmennya, anggota lain akan merasa kecewa dan tidak nyaman bekerja sama. Ketiga, dari sudut pandang individu, berpindah-pindah organisasi tanpa komitmen yang kuat dapat menghambat pengembangan diri. Seseorang tidak akan bisa mendalami satu bidang tertentu secara mendalam dan sulit untuk mencapai keahlian secara spesifik.

Membebankan Kesalahan pada Orang Lain

Perilaku lain yang sering ditemui adalah ketika seorang anggota organisasi meninggalkan tanggung jawabnya dan membebankan kesalahan pada anggota lain. Tindakan ini tidak hanya merugikan organisasi, tetapi juga merusak hubungan antar anggota.

Beberapa faktor yang dapat memicu perilaku seperti ini antara lain:
Kurangnya rasa tanggung jawab: Individu yang tidak memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi cenderung mencari kambing hitam ketika menghadapi masalah.
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah: Ketika dihadapkan pada suatu masalah, individu yang tidak mampu menyelesaikannya dengan baik akan cenderung menyalahkan orang lain.
Tekanan yang berlebihan: Tekanan yang terlalu besar dari berbagai pihak dapat membuat seseorang merasa kewalahan dan bertindak di luar kendali.

Fenomena mahasiswa organisasi hopper dan perilaku membebankan kesalahan pada orang lain merupakan masalah kompleks yang memerlukan solusi komprehensif. Pendidikan karakter misalnya. Sejak dini, mahasiswa perlu diberikan pendidikan karakter yang kuat, seperti tanggung jawab, disiplin, dan integritas. Bisa juga bimbingan dari mentor profesional atau dukungan kepada mahasiswa akan sangat membantu dalam upaya pengembangkan diri.

Selain itu, evaluasi diri juga perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui potensi dan minat mereka.
Sebelum memasuki sebuah organisasi penting juga memiliki komitmen yang jelas, agar nantinya dapat memberikan kontribusi yang maksimal.

Bagi organisasi sendiri, memberikan sanksi yang tegas terhadap anggota yang tidak bertanggung jawab juga menjadi langkah penting agar seluruh program kerja organisasi berjalan dengan opyimal.

Partisipasi dalam kegiatan organisasi merupakan hal yang positif dan dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa. Namun, penting untuk diingat bahwa partisipasi dalam organisasi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen. Mahasiswa perlu bijak dalam memilih organisasi dan memastikan bahwa mereka memiliki waktu serta energi yang cukup untuk berkontribusi.

Mahasiswa juga harus pandai membangun hubungan yang baik dengan anggota organisasi lainnya, misal saling mendukung satu sama lain dan tidak menjadi orang yang toxic.

Terakhir, perlu ditekankan bahwa penting bagi mahasiswa untuk menyeimbangkan antara kegiatan organisasi dengan kegiatan akademik. Meskipun organisasi memberikan banyak pengalaman berharga, tujuan utama mahasiswa adalah meraih prestasi akademik yang baik. Maka dari itu, mahasiswa perlu mengatur waktu dengan baik agar kedua hal tersebut dapat berjalan seimbang.

Sebagai generasi muda yang memiliki peran penting dalam membangun masa depan bangsa, sudah seharusnya dapat menunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan berkomitmen dalam segala perbuatan, termasuk dalam berorganisasi. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjadi generasi yang berkualitas dan mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif dan produktif, di mana setiap anggota dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Zahrotunnisa Salsabila A.M

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesi, FKIP Universitas Islam Malang. Tulisan ini dikirim ke redaksi dua hari sebelum Beliau berpulang.

Tulisan Lain di

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Wakil Presiden Indonesia Lebih dari Sekadar Cadangan

Nama-Nama Kontroversial di Balik Sertifikasi Halal, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Menyuarakan Isu Ekologi dalam Bingkai Sastra

Apakah Kata Sukses Hanya Milik Mereka yang Beruang?

Peristiwa G 30 S PKI, Tidak Menjadi Refleksi Bagi Oligarki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat