LPM Fenomena – Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang menggelar kegiatan Dialog Mahasiswa di Ruang Seminar Syaikhona Kholil, lantai dua. Acara ini dihadiri oleh Dekan, Wakil Dekan, Ketua Program Studi, serta perwakilan mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan di lingkungan fakultas. Jumat (08/11/2024).
Dialog Mahasiswa ini merupakan lanjutan dari program Aspirasi Mahasiswa yang sudah berlangsung pada tahun sebelumnya. Ketua DPM FKIP berharap dialog ini bisa menjadi jembatan efektif antara dosen dan mahasiswa dalam menyampaikan berbagai aspirasi dan keluhan.
“Aspirasi yang disampaikan tidak hanya dibahas dalam acara ini, tetapi juga akan ditindaklanjuti dalam proses selanjutnya,” tuturnya.
Dalam sambutannya, Dekan FKIP menegaskan bahwa tujuan dari dialog ini bukanlah untuk mencari kesalahan, melainkan untuk menemukan solusi bersama atas berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa.
“Kami berencana membentuk Teman Cerita, wadah bagi mahasiswa untuk menyampaikan keluh kesah, khususnya terkait masalah kesehatan mental yang saat ini dianggap menjadi isu utama,” jelasnya.
Pada dialog tersebut, beberapa aspirasi mahasiswa yang disampaikan mencakup perbaikan sarana dan prasarana, kenaikan biaya skripsi, serta keluhan tentang penyampaian informasi yang dinilai kurang efektif. Mahasiswa mengeluhkan bahwa informasi terkait kegiatan kampus sering kali disampaikan secara mendadak.
Menanggapi keluhan tersebut, pihak fakultas menjelaskan bahwa mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat waktu.
Menurut Wakil Dekan II, terkait kenaikan biaya skripsi yang mengalami peningkatan dari Rp925.000 menjadi Rp975.000, pihak fakultas menjelaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari perubahan di bawah kepemimpinan Dekan yang baru.
“Kenaikan sebesar Rp50.000 ini diperuntukkan bagi biaya seminar proposal. Penambahan biaya juga berlaku untuk kegiatan PPL (Program Pengalaman Lapangan) karena adanya kebutuhan untuk pembekalan berkala. Fakultas memastikan bahwa setiap perubahan biaya didasarkan pada Surat Keputusan (SK),” jelas Wakil Dekan II.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga menyampaikan aspirasi terkait sarana dan prasarana, seperti papan tulis yang sulit dihapus akibat pemakaian jangka panjang selama liburan. Mahasiswa juga mengeluhkan kondisi steker listrik di depan gazebo fakultas yang sudah lama rusak, serta kendala pada koneksi Wi-Fi.
“Untuk masalah Wi-Fi, kewenangannya berada di tingkat universitas, bukan fakultas,” terang Dekan FKIP.
Pada sesi terakhir, topik yang dibahas adalah regulasi terkait pencegahan kekerasan seksual dan perlindungan terhadap korban.
Pihak fakultas menjelaskan bahwa regulasi tersebut berada di tingkat yayasan dan universitas, bukan di fakultas. Laporan terkait kekerasan seksual dapat disampaikan kepada Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) kampus.
Dekan FKIP menambahkan bahwa upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pendidikan agama dan kegiatan Halaqoh yang telah dilaksanakan di awal masuk kuliah.
“Kami berkomitmen untuk menindaklanjuti setiap laporan terkait kasus kekerasan seksual di lingkungan fakultas,” pungkasnya.
