"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Tidak Ada yang Istimewa dengan Cinta

Oleh: Thoiah Amaliyah
Sumber Foto: http:www.wikipedia.org

Ada satu hal yang saya simpulkan ketika menonton drama korea The World of the Married yang sedang ramai diperbincangkan sekarang ini. Saya yang memang suka dengan hal-hal yang berbau korea, tentu tidak ketinggalan untuk menonton drama ini. Satu hal yang saya simpulkan dari drama ini ialah, bagi kamu yang sangat memuja cinta, ternyata itu semua tidak seistimewa yang kamu bayangkan. Begitu pula cinta yang disajikan dalam drama ini. bagi yang belum atau tidak menonton drama ini, drama ini menceritakan tentang lika-liku kehidupan pernikahan, yang di dalamnya terdapat kisah perselingkuhan dan perceraian.

Keputusan untuk melakukan pernikahan yang dibuat atas dasar cinta, itulah yang tergambar dari adegan Lee Tae oh ketika melamar Ji Sun Woo, lengkap disertai dengan cincin dan My One and Only Love sebagai latar musiknya. Keputusan untuk berselingkuh juga dibuat atas dasar cinta, setidaknya itu yang saya pahami ketika melihat adegan mesra dari Lee Tae Oh dan Seo Da Kyung dengan musik yang sama pula. Pernyataan cinta dari laki-laki yang sama namun untuk perempuan yang berbeda. Kurang ajar sekali memang. Tapi menurut Lee Tae Oh sendiri, perbuatannya bukanlah suatu kejahatan.

Jika cinta merupakan suatu hal yang tidak jahat dan bukan perbuatan yang salah, lalu mengapa selingkuh dianggap kebalikan dari cinta itu sendiri? Lalu bagaimana dengan tanggapan orang yang mengatakan jika “orang selingkuh itu kebanyakan karena nafsu bukan karena cinta” memangnya ada batasan antara cinta dan nafsu tu sendiri? Bagaimana cara membedakan? Cinta dan nafsu merupakan suatu hal yang relatif bagi setiap individu yang mengalaminya bukan? Tergantung siapa subjek dan objeknya, tergantung sudut pandang dan pengalamannya. Lagi pula, apa dan siapa yang dapat menjamin jika pasangan yang sudah menikah tentu karena cinta, tanpa ada sedikitpun nafsu?

Dalam pernikahan, cinta dan nafsu dilegalkan oleh negara dan agama sehingga keberadaannya dianggap sesuatu yang wajar-wajar saja. Pasangan yang telah menikah tidak perlu khawatir lagi jika ingin bermesraan di depan orang banyak, kan sudah sah dan ada buktinya, lihat saja cincin pernikahannya atau buku nikahnya sekalian. Berbeda dengan perselingkuhan, yang tidak disahkan oleh lembaga mana pun, di mana perselingkuhan itu tidak terdaftar, tidak terdata, dan tidak ada stempel resminya sehingga hal itu dikatakan tidak sah atau illegal. Tapi apa benar, jika embel-embel legal-ilegal itu memperngaruhi kualitas?

Anggapan selanjutnya kira-kira seperti ini “Selingkuh itu berarti menginginkan hak milik orang lain” dan menginginkan milik orang lain itu adalah hal yang salah menurut ajaran agama maupun menurut pandangan sosial. Cinta adalah soal kepemilikan, ketika mencintai seseorang, maka akan muncul rasa untuk memiliki orang itu sepenuhnya. Cinta yang eksklusif atau monogami adalah cinta yang menjadi impian setiap orang.

Kita akan menjaga orang yang kita cintai dengan sungguh-sungguh agar tidak kehilangannya. Kita akan menjaga orang yang kita cintai agar tidak jauh-jauh dari pandangan kita dan senantiasa ada dalam kehidupan kita untuk waktu yang lama bahkan untuk selamanya. Kita bisa mengatakan, bahwa kita mencintai pasangan kita melebihi apa pun. Orang yang kita cintai lebih berharga dan kita tidak sanggup untuk kehilangannya serta sanggup mempertaruhkan apa pun untuknya. Layaknya perkataan Sun Woo kepada Da Kyung “Jangan sentuh barang-barang mereka. Barang itu bisa saja jatuh tergelincir dan berakhir pecah. Itu sebabnya, kamu tidak boleh menyentuh barang milik orang lain” begitulah ia menyamakan sang suami Lee Tae Oh dengan barang. Dengan kata lain cinta ibarat sebuah barang dengan harga dan taruhan, jika kamu tidak ingin kehilangannya.

Lalu apa bedanya antara cinta dalam pernikahan dan perselingkuhan ketika keduanya sama-sama ada rasa ingin memiliki? Jika diibaratkan seperti pernyataan Sun Woo, kepemilikan barang dalam pernikahan bersegel resmi. Menikah berarti mendaftarkan diri dan cinta pada institusi resmi agar dikelola oleh negara dan dipantau agama lewat lembaga yang bernama keluarga dan tentunya ada harga yang harus dibayar untuk meresmikannya. Untuk urusan cinta, harganya sama dengan kemerdekaan cinta itu sendiri. Sehingga jika muncul perselingkuhan, maka ia akan mengganggu tata kelola yang sudah teratur dan dianggap sebagai suatu ancaman.

Ada pula anggapan bahwa “Orang yang sungguh-sungguh mencintai pasangannya, ia tidak akan berselingkuh”. Cinta dan kesetiaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan memang, tapi bukan berarti keduanya senantiasa beriringan. Cinta adalah sesuatu yang merujuk pada perasaan, sedangkan kesetiaan lebih mengacu pada perilaku atau tindakan. Kita bisa mengendalikan perilaku kita sesuai dengan kondisi, namun tidak dengan perasaan. Lalu apakah bisa kita melakukan antara mencintai pasangan dan berselingkuh secara bersamaan?

Mungkin saja bisa, seperti perkataan Tae Oh saat ketahuan berselingkuh “Kamu tidak berhenti mencintai, hanya karena kamu telah menikah. Aku mencinta mereka (Sun Woo dan Da Kyung) secara bersamaan” yang menyaksikan adegan ini mungkin saja sudah greget ingin menampar wajah si Tae Oh. Sebagian mungkin beranggapan, jika dia serakah dan pengecut karena tidak mau memilih. Dari pada pusing denga Tae Oh, sebaiknya kita memahami bahwa cinta tidak dapat diungkapkan dengan kata maupun tindakan saja. “Saya mencintai kamu” berbeda dengan “Saya kira saya mencintai kamu”. Mana cinta yang jujur diantara ungkapan cinta tersebut? entahlah. Hanya yang mengalami cinta itu sendiri yang dapat merasakannya. Kata-kata dan perilaku hanya mengerdilkan atau bahkan menghilangkan makna cinta itu sendiri.

Persepsi tentang kesetiaan sebagai tanda cinta itulah yang jika diganggu oleh perselingkuhan menjadikan kita berpikir, bukan merasakan, bahwa pasangan yang kita cintai sudah tidak mencintai kita lagi. Kita hanya merasakan cinta kita kepada orang lain, bukan cinta orang lain kepada kita. Lewat The World of the Married kita dapat melihat, jika cinta yang mendasari sebuah pernikahan atau pun perselingkuhan tidak ada bedanya. Cinta yang awalnya menjatuhkan hati dan mengahancurkan pikiran adalah cinta yang juga mengikat tubuh dikemudian hari. Seperti perkataan Tae Oh pada Da Kyung “Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku menyesal menikah lagi? Cinta itu tidak ada bedanya. Begitu cinta menjadi pernikahan maka semuanya sama saja. Bagaimana jika aku menagatakan jika itu biasa saja dan aku sudah muak?”

The World of the Married bukan sekedar drama tentang pernikahan, perselingkuhan, dan perceraian yang membuat kita memutuskan siapa yang harus disalahkan dan dibela. Drama ini seakan memperolok-olok cinta yang diyakini oleh banyak orang selama ini. mereka yang percaya bahwa pernikahan adalah akhir bahagia dari kisah cinta dan mereka yang meyakini bahwa cinta dapat mengatasi segalanya akan tertampar oleh realita, bahwa cinta bukanlah apa-apa. Tidak perlu membangga-banggakan cinta, karena cinta, pada akhirnya ya begitu-begitu saja.

Tulisan Lain di

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Wakil Presiden Indonesia Lebih dari Sekadar Cadangan

Nama-Nama Kontroversial di Balik Sertifikasi Halal, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Menyuarakan Isu Ekologi dalam Bingkai Sastra

Apakah Kata Sukses Hanya Milik Mereka yang Beruang?

Mahasiswa “Organisasi Hopper”: Antara ekspetasi dan realita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat