"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Pelaut

Oleh: Faisal Mubarok AR
Source: Pinterest

Di tengah laut ia mengerang

Di tengah badai ia terombang

Di tengah hidup ia bimbang

Namun angin yang kuat tak bisa menghempasnya

Badai yang datang tak mampu menundukkannya

Ombak yang besar tak dapat menjatuhkannya

Dia masih berdiri, berdiam diri, sendiri, memaku diri

Entah apa yang ia kejar

Hingga lautan pun tak dapat menghentikannya

Tak ada pulau di seberang sana

Yang dapat dijangkau oleh mata

Tak ada bantuan, perahu-perahu, kapal-kapal dalam arah pandang

Dia kembali melihat, tak ada siluet kecil pun di kejauhan

Dia benar-benar sendiri,  mematri diri

Dan dia mencoba menanamkan keyakinan

Bahwa di depan akan ada tempat berlabuh yang dia impikan

Lantas disaat langit gemuruh, menandakan bahwa dia

Tidak akan baik-baik saja

Dia tidak bergeming dan berkata dengan lantangnya

“Aku adalah bumi, dimana harapan akan selalu tumbuh

Aku adalah langit, yang berada diatas segalanya

Aku adalah api, dengan bara yang tak pernah padam”

Malang

Tulisan Lain di &

En Garde: Energi Booster dengan Lirik Penyemangat Anti-Give Up!

Keadilan Dibalik Ketidakadilan Dalam Film The Judge From Hell

Di Suatu Kedepan Tanpa Gagang Senjata di Tempurung Kepala

Setan Bulan Puasa

Sajak Untuk Yunita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Adakan Pelatihan untuk Anggota Baru, LPM Fenomena Siap Upgrade Misi

Calon Wisudawan FKIP Unisma Berjalan Gagah Dengan Senyum Sumringah Saat Pengukuhan Lulusan Periode Ke-76

Jadi Dosen Tamu di Universiti Putra Malaysia, Dr. Ari Ambarawati Perkenalkan Fiksi Anak Bertema Lingkungan

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan

Populer

Adakan Pelatihan untuk Anggota Baru, LPM Fenomena Siap Upgrade Misi

Calon Wisudawan FKIP Unisma Berjalan Gagah Dengan Senyum Sumringah Saat Pengukuhan Lulusan Periode Ke-76

Jadi Dosen Tamu di Universiti Putra Malaysia, Dr. Ari Ambarawati Perkenalkan Fiksi Anak Bertema Lingkungan

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan