"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Orang Malam

Oleh: Hayat Abdurahman
Source: Depositphotos

LPM Fenomena – Awan-awan melintasi pada gelapnya malam, diluar rumah, kabut menutupi pandang. Mata ingin melihat jalan tol dan mobil yang melintas tak tampak. Angin secara lembut dan dinginnya malam itu, bagai memeluk embun, menyentuh badan yang mungil.

Roy waktu itu, ingin menonton pameran di bawah, di keramaian dekat kota, tapi tak memberanikan diri untuk keluar, karena itu akan membahayakan dirinya, dengan cuaca seperti itu toh juga ada pertanda kurang baik menurut masyarakat setempat, kalau kabut menutupi jalan. Katanya, ada Orang malam lewat untuk membalas dendam atau ada yang mengatakan lagi, gerombolan sesepuh nenek moyang terpanggil untuk melindungi makam leluhur setempat.

Bapaknya menghampiri Roy yang tengah berada di dekat jendela, lalu ada di sampingnya, anaknya tak merasa ada bapaknya di sampingnya, sedang bapaknya melihat wajah Roy yang merenung.

”Hemmm.” Batuknya yang di buat-buat.
”Ohh, iya Pak. Sudah lama di sini, Pak?” Wajahnya tampak canggung.
”Ada apa, Nak?”
”Pertanda apakah sebenarnya kabut itu, Pak?”

”Dulu, bapak pernah ikut teman, ia ibadahnya kencang dan imannya kuat. Suatu hari, ada orang yang memimpikan dirinya. Waktu itu, ada keluarga yang anaknya sedang tertimpa musibah, karena sedang sakit parah, dan ketika dibawa dan dirawat di mana pun tak pernah sembuh, hampir mau gila.” Nada bapaknya pelan-pelan menyampaikan secara lembut.

Teman bapak, Kyai Soleh, ada yang datang ke rumahnya untuk meminta tolong kesembuhan putrinya, dan memang dari mimpilah petunjuk itu. Pada saat, ia mengiyakan dan bapak diajak bepergian jauh untuk mencari penawar obatnya.

Waktu di perjalanan melewati semak-semak, Bapak dan Kyai Soleh melihat kabut-kabut tebal di depan mata, Kyai soleh langsung menahan tangan bapak untuk menghentikan perjalanan sejenak dan bersembunyi di semak-semak. Ternyata indra pendengaran Kyai Soleh tajam, ada makhluk hitam besar, berdiri di hadapan mata kita, matanya merah, mukanya robek-robek berwarna hitam kemerah-merahan seperti membusuk, kakinya bergelantungan.

”Ini sudah larut malam, kamu mau tidur, kalau nggak aku lanjut cerita, Nak?” Tanyanya dengan halus.
”Lanjut, Pak.” Roy dengan wajah heran yang ia hidangkan, menginginkan cerita Bapaknya berlanjut.
”Baiklah, Nak.”
”Bapak bertanya ke Kyai Soleh, makhluk apa itu Kyai?”

”Orang malam.” Bisiknya
”Badannya seperti Jin, Kyai. Kakinya tidak menyentuh tanah, Kyai.”

”Memang seperti itu wujudnya, pelan-pelan jangan sampai ketahuan,” bisik Kyai.

Bapak dan Kyai melihat bagaimana ia membawa dua orang di dalam pangkuannya, satu sebelah kanan dan satunya sebelah kiri. Tenaganya sungguh luar biasa, dengan sekali angkat orang yang sebelah kiri ia pegang, meluruskan di atas mulutnya yang besar, dan langsung melahapnya.

Kedua kalinya, ia mengangkat orang yang sebelah kanan, selanjutnya melakukan gerakan yang sama. Tetapi yang kedua kalinya ini, ia menelan pelan-pelan, dari ujung kaki sampai ujung kepala, sampai pada perut, saat hampir mendekati tenggorokan, orang yang ia telan teriak histeris.

Aaaaaaahhhhhh. Teriaknya sambil muncrat darahnya

Bulu kulit Bapak bangun semua menyaksikannya dan Bapak menutup mulut, hampir gak kuat untuk muntah, Nak. Ternyata indra pendengaran Orang malam itu juga tajam, melirik ke tempat kita bersembunyi. Karena bapak gak kuat, melepaskan tangan di mulut, membuang ludah sedikit dan mundur ke belakang pelan-pelan. Kyai Soleh menarik agak ke sebelah kanan, lalu Kyai Soleh melempar batu di sebelah kiri yang jauh dari tempatnya. Lalu apa yang terjadi? Orang malam itu langsung menghampiri tempat jatuhnya batu itu.

Kyai Soleh menenangkan bapak, dan kami duduk bersemedi di tempat itu, menutup mata berhadap-hadapan. Sekitaran lima menit kami bersemedi, saat membuka mata, orang malam itu menghilang dari pandangan kami dan kabut tebal itu juga hilang bersamanya. Setelah itu, kami berdiri melanjutkan perjalanan untuk mencari penawar menyembuhkan anak dari teman keluarganya Kyai Soleh.

”Kemungkinan yang terjadi di luar sana, seperti itu juga, sesuai dengan pengalaman Bapak, Nak.” Ujarnya dengan tenang.
”Huuu, mengerikan juga Orang malam itu, aku jadi takut untuk keluar malam, apalagi rumah kita di ketinggian dan di tengah alas gini, Pak.” Hembusan nafas tegangnya Roy keluarkan.

Roy dan Bapaknya lalu menatap kabut tebal di luar jendela itu yang lama sekali bersemayaman di luar hati Roy, Bapaknya cemas dengan keadaan di luar, sama-sama hatinya berbicara apa yang terjadi di luar?.

Tak lama dari itu, Roy menguap, matanya berat tak tertahan, lalu ia mendekatkan kepalanya ke bantal, ia terlelap tidur, tak terdengar suaranya lagi. Tangannya merangkul pergelangan perut Bapaknya dan Bapak mengelus kepala Roy yang mungil.

Editor: Safira Ramadani

Tulisan Lain di &

Mendung di Langit Malaysia

Nine Puzzles: Misteri Brutal dan Dendam Tersembunyi di Balik Kepingan Puzzle

En Garde: Energi Booster dengan Lirik Penyemangat Anti-Give Up!

Keadilan Dibalik Ketidakadilan Dalam Film The Judge From Hell

Di Suatu Kedepan Tanpa Gagang Senjata di Tempurung Kepala

Setan Bulan Puasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Rest In Poor Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Perwakilan Mahasiswa UNISMA

Tok! Fikri-Amila Unggul 71,51% di Pemira Unisma 2025, KPU Tunggu Masa Sanggah 3 Hari Sebelum Penetapan Final

Sukseskan Gelar Grand Final, FKIP Unisma Lahirkan Duta Mahasiswa Profesional dan Berakhlakul Karimah.

Politik Bukan “Seni Pasrah”: Melawan Demokrasi Semu dan Menuntut Jihad Intelektual Mahasiswa UNISMA

Populer

Rest In Poor Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Perwakilan Mahasiswa UNISMA

Tok! Fikri-Amila Unggul 71,51% di Pemira Unisma 2025, KPU Tunggu Masa Sanggah 3 Hari Sebelum Penetapan Final

Sukseskan Gelar Grand Final, FKIP Unisma Lahirkan Duta Mahasiswa Profesional dan Berakhlakul Karimah.

Politik Bukan “Seni Pasrah”: Melawan Demokrasi Semu dan Menuntut Jihad Intelektual Mahasiswa UNISMA