"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Mas…

Oleh: M. Amiruallah A’la Al-Aufa
https://pin.it/6Ry6WwnTQ

“Pardon me, Dear. Kenapa kau tolak lelakimu masuk lebih jauh kepadamu, padahal bukankah 6 bulan lalu kalian memutuskan untuk tinggal bersama dan berbagi segala hal. Masa karena lelakimu kurang ganteng?”. Ah ibu selalu saja menggoda tiap aku pulang kerumah dan dia selalu saja peka pabila terjadi sesuatu padaku, katanya aku dan umur 32 ku tak ada bedanya dengan masa kecilku yaitu tak pandai menyembunyikan sesuatu. Aku jadi ingat suatu episode ketika diam-diam aku memakan kue lapis di kulkas yang hendak ibu antar ke tetangga sebelah, saat itu remahannya bercecer dilantai dan ada sisa-sisa remah di sekitar mulutku tapi aku tetap saja tidak mengaku waktu ibu memarahiku tapi itu tak berlangsung lama dengan segera ibu tertawa dan mengelus rambutku tatkala air mataku hendak menitik. Tapi asal kau tahu, Bu. lelakiku adalah lelaki paling tampan di muka bumi ini, dan seandainya ia berjalan keluar rumah seekor burung elang yang rupawan kan menculiknya ke puncak Olympus untuk dijadikan juru minuman air suci nektar kepada para dewa dan seorang dewa yang agung kan jatuh cinta karena ketampanannya. Dewa itu adalah Zeus yang menjelma burung elang karena dikirannya suamiku adalah Ganymede.

Bu, kenapa tetiba kau membuat suasana seolah aku adalah terdakwa di mahkamah dapur ini, bukannya aku tidak menyayangimu dengan terus saja diam sembari menyesap teh rosemary yang kau buatkan khusus buatku dan membuat hening mengambang diantara kita dengan tidak menjawab pertanyaan yang akhir-akhir ini menghantui pikiranmu, hanya saja aku bingung harus memulai pledoiku dari mana. Aku takut pledoiku menjelma bom atom yang meledakkan kepalamu tiba-tiba. Begitu sulit mengakui bahwa ada ihwal yang lebih sulit dijelaskan dengan kata-kata. semua serba ruwet, Pekerjaan yang melelahkan, umur habis di jalanan yang macet, bos cabul, musim yang sulit ditebak membuat badan meriang. Obatku adalah kembali pulang.

“Apa kau sedang tidak enak badan, Sayang. Jangan lupa makan malam Ibu sudah memasak gulai kambing kesukaanmu. Ibu ke kamar dulu Ayah sudah lama menunggu”. Kami sudah sepakat untuk terbuka satu sama lain mengenai apapun semenjak bulan datang padaku dengan membawa rasa nyeri di perut dan darah pertama yang akan mengucur 50 tahun lamanya pada saat-saat tertentu. Ibu selalu mengajariku betapa istimewanya seorang perempuan, itulah mengapa di dalam Hadist ditulis dahulukan Ibu sebanyak 3 kali kemudian ayahmu. Lalu dalam adat-istiadat ketimuran seorang perempuan dipinang dengan mahar yang tak murah dan receh, kata ibu itu adalah harga yang setimpal untuk kerja kerasku menjaga kesucian dan martabat di zaman yang mengagungkan adat barat; dimana perempuan memakai bikini dijalanan serta sosial media dan tidak menghormati keperawanan.

 “Mandilah terlebih dahulu agar terlihat lebih segar, kau terlihat seperti seumuran Ibu. Goodnight, Dear”. Ah ibu kau selalu membuatku terharu dengan segala sikapmu. Maaf kali ini aku yang menutupi sesuatu darimu
					***
	
Aku tak tahu memulai kisah ini dari mana. Semua hal terjadi begitu cepat. Apakah karena waktu itu aku dikendalikan mood seorang wanita yang selalu ingin dimengerti pra-menstruasi. Ataukah karena sebegitu pasifnya lelakiku pasca pernikahan. Aku tak mengerti kenapa aku tak lagi dibujuk ketika marah, tak lagi dielus-elus kepala ketika galau. Dasar lelaki hanya manis diawal. Tai. Kucoba mencari-cari apa yang kurang dari lelakiku hingga aku tertarik pada topik marital rape dalam laman koran online yang kubaca tiap pagi (akhir-akhir ini baru kupahami ada kaitannya dengan KUHP). Hmm menarik, perjuangan perempuan mempertahankan martabat dan menuntut perlakuan setara tak berhenti di zaman kolonial tetapi masih berlanjut sampai sekarang. Awalnya aku heran apa mungkin pemerkosaan tetap terjadi dalam rumah tangga bukankah status mereka sah untuk menggarap ladang masing-masing dan ternyata masih ada maskulinitas dan sikap menguasai dari lelaki yang membuat protes dari perempuan terus berlanjut. Tetapi lelakiku bukan orang yang seperti itu. Kami selalu memutuskan segala hal bersama-sama termasuk seks. Dia bukan orang yang memaksa. Dia selalu mengawali dan mengakhiri semuanya dengan lembut. Aku tidak pernah merasa terpaksa. Dalam hal ini berarti bukan

Akhir-akhir ini kesehatanku menurun. Aku tetap menolak untuk pulang ke rumah lelakiku, ya kami sudah memiliki rumah sendiri, tetapi aku memilih kembali ke rumah orang tuaku. Aku selalu terharu pada mereka yang tetap menerimaku dengan terseyum. Mereka bukanlah orang tua yang membuat risih anak-anaknya dengan turut mengatur urusan rumah tangga. Apabila diminta nasihat mereka memberi apabila tidak mereka diam. Ah tepat jam 12 malam aku muntah-muntah. Orang tuaku bangun, membuatkan teh hangat dan mengantarku kembali tidur. Tiba-tiba aku menangis, mereka mungkin mengira aku hamil, tapi  biarlah itu adalah kabar gembira buat mereka. Aku yakin bukan hamil. Aku hanya tak sehat. Orang-orang percaya tubuh sakit karena dua faktor: faktor lahiriyah dan batiniyah. Mungin aku yang kedua.

Dua hari kemudian aku opname. Dokter bilang aku terena tipes. Lelakiku sengaja tak kuberi kabar karena aku tak siap bertemu dia. Aku akhirnya tersadar bahwa obat dari kebohongan adalah bersikap jujur dan selama ini aku membohongi diriku sendiri. Aku menolak fakta dan itu berdampak pada orang-orang disekitarku.
	 				
						***

Malam hari sekitar pukul 2 dini hari telepon berdering
“kau tahu ini pukul berapa bukan?”
“Mas. Aku terserang aloerotisme”

Tulisan Lain di &

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

PUTIBAR: Jejak Sejarah dan puisi lainnya…

Menguak Benang Misteri: 5 Miliar Won Dalam Film Connection

Peringatan Darurat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat

Populer

Refleksi Sejarah Resolusi Jihad, Unisma laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024

Libatkan Volunteer dari Jurusan Lain, ESA UNISMA Sukses Gelar NEF 2024

Cahaya Padam di Ujung Kemenangan

Dulu Bisa Hampir Setiap Hari Main Judol, Sekarang Tobat