"Berbagi Kata, Berbagi Berita"

Mengulik Hikmah dan Keindahan Peristiwa Isra Mikraj Guna Memperkuat Keimanan

Oleh: Safira Ramadani Mahfud
Ilustrasi/Gramedia

Isra Mikraj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-12 dari masa kenabian Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini berlangsung ketika Nabi Muhammad SAW tengah berada di Masjidil Haram, Makkah.

Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjid Al-Aqsa di Yerusalem menggunakan kendaraan bernama Buraq. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanannya ke Sidratul Muntaha yang terletak di langit lapis ketujuh. Di setiap lapisan langit yang dilewati, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi terdahulu.

Pada lapisan langit ketujuh inilah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah melaksanakan salat lima waktu dalam sehari.

Peristiwa luar biasa ini, jika dipahami secara mendalam dengan kesucian hati, dapat memperteguh keimanan setiap Muslim kepada Sang Kuasa, Allah SWT. Mari kita ulas hikmah-hikmah yang dapat dipelajari dan diamalkan sebagai upaya untuk menguatkan iman.

Isra Mikraj Menjadi Bukti Kebesaran Allah SWT

Peristiwa Isra Mikraj, yakni perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yerusalem, kemudian ke langit lapis ketujuh, yang berlangsung hanya dalam satu malam, merupakan bukti bahwa Allah SWT mampu melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, termasuk hal yang tidak masuk akal menurut logika manusia.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Isra ayat 1, yang berbunyi:

“Subḥānallażī asrā biʿabdihī lailam minal-masjidil-ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣallażī bāraknā ḥawlahụ linuriyahụ min āyātinā, innahụ huwas-samī’ul-baṣīr.”

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Menjadi Salah Satu Bukti Kenabian Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia yang memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan dahsyat ini. Dalam peristiwa ini pun terbukti bentuk kepedulian Nabi Muhammad SAW terhadap umatnya. Hal ini terlihat dari negosiasi beliau dengan Allah SWT mengenai perintah salat 50 rakaat yang awalnya diwajibkan dalam sehari semalam.

Melansir dari laman muslim.or.id, ketika Nabi Muhammad SAW bertemu Nabi Ibrahim AS, Nabi Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma’mur. Nabi Ibrahim AS bersama Rasulullah SAW kemudian pergi ke Sidratul Muntaha. Di sana, Allah SWT memerintahkan salat sebanyak 50 kali sehari semalam. Usai menerima perintah tersebut, Nabi Muhammad SAW turun dan bertemu Nabi Musa AS.

Nabi Musa AS bertanya, “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas umatmu?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Lima puluh salat.” Maka, Nabi Musa AS berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Israil.”

Mendengar saran Nabi Musa AS, Nabi Muhammad SAW kembali menghadap Allah SWT. Ketetapan salat pun dikurangi menjadi 45 rakaat. Nabi Muhammad SAW turun dan kembali bertemu Nabi Musa AS, yang kembali menyarankan hal yang sama. Hal ini terus berlangsung hingga jumlah salat dikurangi menjadi lima waktu sehari semalam.

Allah SWT kemudian berfirman: “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah lima salat sehari semalam. Setiap salat pahalanya sepuluh kali lipat, maka semuanya setara dengan 50 salat. Barangsiapa yang berniat melakukan kejelekan, namun tidak mengerjakannya, maka tidak akan ditulis dosa baginya sedikit pun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis baginya satu kejelekan.”

Setelah menerima firman Allah SWT tersebut, Nabi Muhammad SAW turun dan bertemu Nabi Musa AS untuk terakhir kalinya. Nabi Musa AS kembali menyarankan untuk meminta keringanan, tetapi Nabi Muhammad SAW menjawab, “Sungguh, saya telah kembali kepada Tuhanku hingga saya pun merasa malu kepada-Nya.”

Sejak saat itu, perintah salat lima waktu ditetapkan untuk umat Islam hingga akhir zaman.

Menjadi Bukti Bahwa Surga dan Neraka Itu Nyata

Dalam perjalanannya, Nabi Muhammad SAW melihat Surga dan Neraka. Hal ini menjadi bukti bahwa Surga dan Neraka benar-benar ada, yang kelak akan menjadi tempat kembali umat manusia setelah kematian.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Najm ayat 13-18, yang berbunyi: “Wa laqad ra āhu nazlatan ukhrā, ʿinda sidratil-muntahā, ʿindahā jannatul-mawā, iż yagsyas-sidrata mā yagsyā, mā zāgal-baṣaru wa mā ṭagā, laqad raā min āyāti rabbihil-kubrā.”

Artinya: “Dan sungguh, Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupa aslinya) pada kesempatan lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.”

Peristiwa Isra Mikraj mengungkap banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari peristiwa ini, kita belajar untuk senantiasa memperkuat keimanan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Melalui ibadah salat lima waktu yang merupakan hasil dari peristiwa agung ini, kita dapat membangun kedekatan dengan Allah SWT.

Editor: Muhammad Dzunnurain

Safira Ramadani Mahfud

Mahasisa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA

Tulisan Lain di

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan

Gen Z Tak Mau Lepas, atau Memang Tak Bisa Lepas dari Layar?

Reformasi Digital yang Terjebak di FYP

Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025: Saat Suara Kritis Dibungkam, Demokrasi Terancam

Lebaran Tanpa Tren Velocity, Bisa Gak Sih?

Self-Love: Menjaga Kewarasan Mental di Tengah Ekspektasi Akademis yang Tinggi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbaru

Adakan Pelatihan untuk Anggota Baru, LPM Fenomena Siap Upgrade Misi

Calon Wisudawan FKIP Unisma Berjalan Gagah Dengan Senyum Sumringah Saat Pengukuhan Lulusan Periode Ke-76

Jadi Dosen Tamu di Universiti Putra Malaysia, Dr. Ari Ambarawati Perkenalkan Fiksi Anak Bertema Lingkungan

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan

Populer

Adakan Pelatihan untuk Anggota Baru, LPM Fenomena Siap Upgrade Misi

Calon Wisudawan FKIP Unisma Berjalan Gagah Dengan Senyum Sumringah Saat Pengukuhan Lulusan Periode Ke-76

Jadi Dosen Tamu di Universiti Putra Malaysia, Dr. Ari Ambarawati Perkenalkan Fiksi Anak Bertema Lingkungan

Keadilan yang Membara: Dialog antara Komunis, Islam, dan Literasi yang Terpinggirkan